Jumat, 04 Desember 2009

Filosofi Rumah Adat Bali

Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya,bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbolsimbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.


Berjalan-jalan di seputar Bali tak perlu heran jika di setiap persimpangan jalan, Anda melihat sesajen di atas wadah dari janur dan ada kembang rupa rupi dan dupa yang menyala. Pura (baca: pure) pun bertebaran di segala tempat. Rumah, pertokoan, perkantoran, punya pura. Lalu, apakah Anda pernah melihat keunikan rumah adat Bali di sana?

Rumah adat Bali ternyata dibangun sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China). Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan.

Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.

Pada umumnya, bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbolsimbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.

Dalam membangun rumah adat, orang Bali sangat mementingkan arah kemana akan menghadap, karena arah sangat penting artinya dalam kepercayaan dan kehidupan suku Bali. Hal-hal yang dianggap keramat atau suci lainnya diletakkan pada arah ke gunung, karena gunung dianggap suci dan keramat, arah-arah ini disebut kaja. Sebaliknya hal-hal yang bisa dan tidak dianggap keramat atau suci diletakkan ke arah laut yang disebut kelod.

Dengan demikian pura desa yang diangggap suci diletakkan pada arah gunung (kaja), sedang pura dalem atau kuil yang ada hubungannya dengan kuburan dan kematian diletakkan ke arah laut atau kelod. Demikianlah dalam soal susunan perumahan orang-orang Bali tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan keagamaan dan kehidupan adatnya.

Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi dengan hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ukiran maupun pahatan yang ditempatkan pada bangunan tersebut mengambil tiga kehidupan di bumi, manusia, binatang dan tumbuhan.

Ragam hias/ukiran yang dikenakan pada bagian-bagian bangunan dari jenis tumbuhan antara lain:

keketusan yakni motif tumbuhan yang dibuat dengan lengkungan-lengkungan serta bunga-bunga besar dan daun-daun yang lebar, biasanya ditempatkan pada bidang-bidang yang luas. Keketusan ini ada bermacam-macam seperti keketusan wangsa, keketusan bunga tuwung, keketusan bun-bun dan lain-lain.

kekarangan, suatu pahatan dengan motif suatu karangan yang memyerupai tumbuhan lebat dengan daun terurai ke bawah atau menyerupai serumpun perdu. Hiasan ini biasanya dipahatkan pada sudut kebatasan sebelah atas, disebut karang simbar, dan ditempatkan pada sendi tiang tugek disebut karang suring.

pepatran, merupakan hiasan bermotif bunga-bungaan. Misalnya Patra Sari ditempatkan pada bidang yang sempit seperti tiang-tiang dan blandar, patra lainnya adalah patra pid-pid, patra samblung, patra pal, patra ganggong, patra sulur dan lain-lain, semuanya dalam bentuk berulang atau berderet memanjang.

Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung yang disebut Pratima, patung sebagai bagian dari bangunan berbentuk Bedawang nala.

Kadang-kadang sebagai corak magis lengkap dengan huruf simbol mantra-mantra. Misalnya hiasan karang bona berbentuk kepala raksasa yang dilukiskan dari leher ke atas lobang pintu kori Agung atau pada Bade wadah. Hiasan karang sal berbentuk kepala kelelawar bertanduk dengan gigi runcing ditempatkan di atas pintu kori atau pintu rumah tinggal dan beberapa tempat lainnya. (IndofamilyNetTravel).

Minggu, 08 November 2009

Arsitek Pemugar Bangunan Tua

Han Awal, seorang arsitek santun bersuara lembut lamat-lamat. Arsitek yang ikut berperan merancang Gedung MPR/DPR sebagai asisten arsitek Soejoedi, itu lahir di Malang, 16 September 1930. Karya penerima penghargaan Prof Teeuw Award, itu sudah tersebar di beberapa tempat. Belakangan, dia lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris.

Han menyukai arsitektur setelah terinspirasi keindahan Kota Malang, tempat kelahirannya. "Malang itu kota yang ideal. Kota yang nyaman dan memiliki banyak bangunan indah. Saya sangat terkesan," kata Han, bapak empat anak dan kakek empat cucu ini.

Saat lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di ITB. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool di Delft, Belanda, ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari Keuskupan Malang. Di tempat ini, dia berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti Bianpoen, Soewondo, Pamoentjak, dan Soejoedi.

Ketegangan hubungan Indonesia-Belanda gara-gara sengketa Papua mulai terasa akhir tahun 1956. Ini membuat Han pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960.

"Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ceritanya.

Sebagai arsitek, jejak Han tersebar di banyak tempat. Di Jakarta, sentuhan Han, misalnya, bisa dilihat di Gedung MPR/DPR. Ia menjadi asisten arsitek Soejoedi dalam proyek pembangunan gedung megah di Senayan, yang awalnya dibangun sebagai Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces) 1964-1972. Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta, juga karya dia.

Ciri banyak bangunan karya Han adalah kesederhanaan, dengan dinding dan langit-langit yang sering dibiarkan telanjang. Ia juga mempertimbangkan iklim tropis Indonesia saat merancang, misalnya dengan memperhitungkan sirkulasi udara silang agar bangunan tak perlu pendingin ruang dan hemat energi.

"Prinsip arsitektur tropis tak selalu bisa diterapkan. Teori ventilasi silang, misalnya, hanya cocok untuk gedung rendah. Untuk bangunan tinggi, teori ini tak bisa dipakai karena di lantai-lantai atas angin terlalu kencang," papar Han yang merasa sebagai arsitek fungsionalis ketimbang minimalis.

Mendalami konservasi
Han belakangan lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama.

Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan Budi Lim, arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995.

"Bangunan tua harus diberi aura baru, sesuai dengan tuntutan zaman. Lampu harus dibuat lebih terang dari dulu, juga pengatur udara," kata Han yang sangat memerhatikan detail.

Dalam menggarap pemugaran bangunan tua, ia sering terkesima dengan aspek estetis dan budaya yang melekat pada bangunan itu. Untuk merekam semua itulah, Han mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur bersama sejumlah arsitek.

"Bangunan-bangunan tua umumnya tak lagi mempunyai gambar, baik gambar desain arsitektur maupun konstruksi. Jadi, untuk memugar, saya harus mengukur ulang. Saya sering terpaksa melakukan penggalian data sampai ke Belanda, KITLV di Leiden, Koninklijk Instituut voor de Tropen di Amsterdam, atau kepada teman-teman yang juga bekerja pada konservasi," ujarnya.

Han pun menjalin pertemanan dengan para arsitek Belanda, termasuk Cor Passchier. Kerja sama intensif baru terjadi setelah ia bertemu para arsitek Negeri Kincir itu di sebuah seminar tentang bangunan warisan sejarah di Indonesia yang digelar IAI tahun 1980-an.

"Sebagai pemugar bangunan tua, saya menemukan hal-hal tak terduga. Ternyata, tak semua bangunan tua bikinan Belanda itu baik. Banyak konstruksi yang diselewengkan dan kaidah arsitektur yang tak dilaksanakan dengan benar. Konstruksi jadi tambal sulam. Tapi, itu kan manusiawi dan bukan hal memalukan," papar Han.

Penghargaan Profesor Teeuw
Han kini sedang sibuk menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, ia berencana memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di Jalan Prapatan, Jakarta. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China.

Pertengahan Agustus 2007, dalam sebuah acara di Erasmus Huis, Jakarta, dia menjadi salah satu dari tiga orang Indonesia yang dianugerahi penghargaan Profesor Teeuw. Penghargaan yang menggunakan nama Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda, itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara. (www.tokohindonesia.com)

BIOGRAFI " HAN"

Nama:
Han Awal
Lahir:
Malang, 16 September 1930
Istri:
Anastasia Maria Theresia
Anak:
- Paulus Rachmat Trisna Awal
- Gregorius Antar Awal
- Maria Daryanti Awal
Maria Widyati Awal

Pendidikan:
- Techniche Hoogeschool Delft, Belanda, 1950-1957
- Techniche Universitat, Faculatfur Architectur, Berlin Barat, 1957-1960

Karier:
- Direktur PT Han Awal & Partners Architect, 1971
- Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971
- Proyek Conefo/MPR-DPR sebagai Asisten I Kepala Proyek, 1964-1972
- Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000
- Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang, 1990-2003
- Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang, 1997-2004
- Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI, 2003

Organisasi Profesi:
- Ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur
- Anggota Dewan Kehormatan IAI DKI Jakarta

Penghargaan:
- Penghargaan AIA untuk Kompleks Universitas katolik Atma Jaya, Jakarta, 1984
- Penghargaan AIA untuk Konservasi Gedung Arsip Nasional, 1999
- Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage, bersama Budi Lim dan Cor Passchier, 2001
- Prof Teeuw Award, bersama Soedarmadji JH Damais dan Wastu Pragantha Zhong, 2007

Alamat:
Biro Arsitek Han Awal & Partners, di Pondok Pinang, Jakarta Selatan

Sabtu, 31 Oktober 2009

Rumah Kindah, Lenteng Agung, Jakarta Selatan by Budi Pradono

Bangunan kantor yang diberi nama Rumah Kindah ini merupakan karya terbaru dari Budi Pradono Architects. Bangunan yang berlokasi di jalan Lenteng Agung Jakarta ini menempati lahan seluas kurang lebih 490 m2. Sekilas tampak kurang ramah jika dilihat dari luar karena bentuknya yang seperti benteng beton. tapi tampaknya bentuk ini dapat dipahami berhubung di depan bangunan terdapat jalur kereta api yang masih aktif sampai sekarang. Sehingga fasad depan pun didesain dengan sedikit bukaan.
Bangunan dengan kombinasi material beton dan kaca ini mempunyai sebuah courtyard sebagai area utama (datum) kantor ini. Fungsi utama seperti ruang rapat pun diletakkan di area ini. Tepatnya di bawah stage courtyard.
Material beton yang cukup mendominasi dicoba diseimbangkan dengan material kaca agar kesan bangunannya tidak terlalu berat. Elemen arsitekturnya pun banyak yang dibuat dengan kesan melayang sebagai kesan bangunan yang ringan. Mulai dari plafond, tangga sampai plat lantai. Sobekan-sobekan kaca memberi sentuhan menarik pada dinding beton rumah Kindah ini. Sobekan ini juga sangat fungsional dalam hal menjawab keinginan klien yang ingin dapat melihat keseluruhan suasana kantor dari berbagai angle.
Desain dengan pola grid sangat terasa pada bangunan ini. Aplikasinya bisa terlihat pada garis-garis triangulate yang tegas pada bangunan, pola desain lansekap, bahkan sampai pola lantainya.
Overall, selalu membuat saya terkesan untuk melihat karya-karya arsitek (Indonesia) yang sangat progresif (terlepas dari finishing teknisnya yang kurang rapih.
(arsitekturina.blogspot.com)

BIOGRAFI & Pemikiran "Pradono"

Budi Pradono, Lahir tanggal 15 Maret 1970 di Salatiga. 1995 Menyelesaikan studinya di jurusan arsitek, Universitas Duta Wacana Christian, Jogjakarta.1995-1996 Bekerja di Beverley Garlick Architects PTY. LTD. Sydney- Australia. 1996-1999 Bekerja di PT. International Design Consultants (IDC), Jakarta – San Francisco. 1999-sekarang Bekerja di Budi Pradono Architects, Jakarta. 2002 Menyelesaikan gelar master di Berlage Institute, Rotterdam, Netherlands. 2000-2002 sebagai project architect pada Kengo Kuma & Associates, Tokyo-Japan.
Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Salah satunya konsep 'green' oleh Budi Pradono, seorang arsitek yang sudah dikenal di mancanegara dengan berbagai award internasional yang sudah diraihnya.

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria.

‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.

Profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energy, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung-jawab. (Budi Pradono)

Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.

Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.

Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.

Budi Pradono menjelaskan tentang konsep 'green' dalam rancangannya melalui contoh, misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Pada 'K-house' yang dirancangnya untuk rumah mungil dengan 3 orang penghuni dan 5 ekor anjing, konsep arsitektur hijau diterapkan pada rancangan desain yang dibuat agar anjing-anjing tidak mudah lepas dan mengganggu tetangganya. Rumah ini mengetengahkan konsep rumah 'kandang' dengan jeruji-jeruji besinya, yang didesain dengan artistik sehingga menghilangkan kesan kandang dan menimbulkan artikulasi arsitektur baru dengan estetika yang unik.

Ahmett Salina Studio di Jakarta Selatan adalah salah satu rancangan dimana open space ditambahkan agar ruang hijau didepan bangunan lebih luas dan dapat digunakan bersama dengan tetangga-tetangganya. Rumah ini juga 'menggunakan dinding tetangga' untuk penghematan resource, serta memanfaatkan elemen bambu untuk secondary skin yang dapat menetralisir panas matahari.

AA house di Cipinang, Jakarta Timur dikonsep dengan keleluasaan ruang-ruang untuk saling overlap satu sama lainnya. Ruang tamu dan musholla dapat dibuka dan mencairkan ruang lebih luas. Roof garden dibuat pada tiap lantai hingga atapnya.

Dari konsep-konsep desain tersebut, terdapat upaya Budi Pradono untuk menghadirkan 'green design' dalam rancangan arsitekturnya, dimana letak 'green' pada tiap bangunan bisa berbeda sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada. (astudioarchitect.com)

Kamis, 29 Oktober 2009

Braga - Straatgezicht - Bandung

Jalan Braga Tahun 1908, Jalan ini menunjukkan arah ke Utara.

Salah satu Sudut Jalan Braga di jaman kolonial Belanda



Bangunan Warisan Budaya

SURABAYA - Menjaga bangunan kuno agar tetap utuh dan menjadi warisan budaya yang terjaga hingga kini bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan pengorbanan dan kesabaran ekstra bagi pemilik atau pengelolanya. Karena itu, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jatim memberikan penghargaan bagi lima puluh pemilik bangunan kuno yang bersedia menjalankan konservasi.

Penghargaan terbagi menjadi sepuluh kategori. Di antaranya, rumah tinggal, rumah sakit, sekolah, dan pelayanan umum. Di antara masing-masing kategori, dipilih lima bangunan yang memenuhi syarat. Misalnya, bentuk bangunan tidak banyak berubah. Kalaupun ada bangunan tambahan, bentuknya selaras dengan bangunan lama. Lima bangunan tersebut dilabeli memuaskan, sangat memuaskan, dan terpuji.

Label terpuji diberikan kepada bangunan yang mendapat nilai tertinggi. Proses penilaian dilakukan pada pertengahan tahun lalu. Tim penilai terdiri atas enam anggota IAI. Mereka adalah Sugeng Gunadi, Bambang Soemardiono, Hariwardono, Suleman, Loekito, dan Aditya S. "Yang dinilai adalah pemeliharaan, penggunaan, keserasian, dan keaslian," jelas Bambang Soemardiono.

Mereka yang dinyatakan berhak mendapat penghargaan terpuji adalah pemilik atau pengelola Masjid Sunan Ampel, rumah tinggal di Jalan Darmo 42-44, House of Sampoerna, CCCL, kantor Bank Mandiri di Jalan Veteran, FK Unair, Gereja Katedral Hati Kudus Yesus, Kelenteng Pak Kik Bio, RS Darmo, dan kolam renang Brantas. Penghargaan diserahkan bersamaan dengan pembukaan musyawarah daerah IAI kemarin (www.jawapos.co.id).

Henry Najoan, wakil keluarga pemilik rumah tinggal di Jalan Darmo 42-44, mengatakan bangga dengan penghargaan yang diterimanya dari IAI. Sebab, upaya pelestarian yang dilakukan keluarganya, mendapat apresiasi. "Rumah tersebut dibangun pada 1860 dan sudah ditempati berpuluh-puluh tahun. Tapi, sampai sekarang tidak ada yang berubah," katanya lantas tersenyum.

"Surabaya memiliki banyak bangunan bersejarah. Sayang, tidak sedikit yang berpindah tangan. Lalu, oleh pemilik baru, bangunan itu diubah atau malah dihancurkan dan dibangun baru," kata Sugeng Gunadi, kabid Pengkajian dan Pelestarian Bangunan Cagar Budaya IAI Jatim. (www.jawapos.co.id)

Selasa, 27 Oktober 2009

Siapakah Arsitek Pertama Indonesia...?

Dalam sejarah kita, arsitek pertama Indonesia adalah Aboekasan Atmodirono (1860-1920). Ia lulus Sekolah Teknik Menengah Jurusan Bangunan (Middelbare Technische School) yang berhasil mencapai jenjang opzichter. Setelah naik pangkat, ia dikenal sebagai de eerste inlandse architect (arsitek pribumi pertama) dan bekerja di Departement van Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum). Ia hadir di Kongres I Boedi Oetomo dan masuk dalam daftar calon ketua. Ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk Dewan Rakyat (volksraad) di tahun 1918, ia ditunjuk duduk di parlemen sebagai tokoh Boedi Oetomo yang juga mewakili Perhimpunan Pamong Praja Pribumi “Mangoenhardjo”.

Ketika kesempatan sekolah ke luar negeri terbuka bagi kaum bumiputera, Notodiningrat masuk sekolah tinggi teknik di Delft dan lulus sebagai insinyur sipil pertama Indonesia di tahun 1916. Ia juga dikenal sebagai salah seorang pendiri Indische Vereniging (Perhimpunan Hindia, cikal bakal Perhinpunan Indonesia). Insinyur sipil pada masa itu mampu menangani pekerjaan perencanaan dan pengawasan di bidang bangunan gedung, irigasi dan jalan raya. Karirnya dijalani di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Setelah masa kemerdekaan, Prof. Ir. Wreksodiningrat (alias Notodiningrat) ikut mendirikan Fakultas Teknik UGM dan menjadi Dekan (1947-1951).

Usai PD I, muncul tokoh nasional yang mengawali karirnya sebagai arsitek, yaitu Abikoesno Tjokrosujoso. Setelah lulus dari Koningin Emma School di Surabaya pada tahun 1917, ia secara otodidak meniti karir di bidang konstruksi. Belakangan ia dapat mengikuti ujian arsitek dan lulus di tahun 1921 (sumber lain mengatakan 1923 atau 1925). Disamping aktif di dunia politik (adik HOS Tjokroaminoto yang kemudian memimpin PSII) ia juga memiliki usaha aannemer dan pernah pula bekerja sebagai asisten bersama Moh. Soesilo (perencana kota Kebayoran Baru) di biro milik Thomas Karsten di Semarang. Setelah Indonesia merdeka, ia ditunjuk menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan RI yang pertama.

Di tahun 1920 Technische Hoogeschool di Bandung mulai beroperasi. Empat orang bumiputera pertama yang lulus dari sekolah itu (1926) adalah Anwari, Ondang, Soekarno dan Soetedjo. Soekarno, Proklamator dan Presiden RI I, menyebut dirinya insinyur-arsitek. Di awal karirnya, ia mendirikan biro insinyur pertama bumiputera bersama Anwari. Belakangan ia juga mendirikan biro insinyur bersama Rooseno. Pekerjaannya meliputi perencanaan dan sekaligus juga membangun rumah tinggal, pertokoan dsb. sebagai arsitek pemborong (aannemer).

Di era kemerdekaan, pekerjaan arsitek masih dilahirkan dari insinyur sipil lulusan TH Bandung (sekarang ITB), disamping para tenaga trampil yang menyebutkan dirinya arsitek (tingkat teratas dari seorang opzichter atau pengawas, antara lain dapat disebutkan nama Silaban dan Soedarsono). Untuk memenuhi kebutuhan sesuai tuntutan jaman, maka baru di tahun 1950 dibentuk jurusan arsitektur agar segera lahir lulusan sarjana arsitektur Indonesia yang khusus menangani bangunan gedung. Pada tahun 1958 jurusan tersebut berhasil meluluskan 16 sarjana arsitektur pertama.

Pembangunan yang pesat di akhir tahun 1950-an telah mendorong kesadaran dari para arsitek dan sarjana arsitektur lulusan pertama untuk membanguna tatanan baru dunia konstruksi di Indonesia. Tiga arsitek senior, yaitu Ars. Moh. Soesilo, Ars. Silaban, dan Ars. Liem Bwan Tjie, bersama 17 sarjana arsitektur angkatan pertama yang dimotori oleh Ir. Soehartono Soesilo (putra Ars. Moh. Soesilo) bersepakat mendirikan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada tanggal 17 September 1959.(yahoo! answer)

BIOGRAFI "Herman Thomas Karsten"

Herman Thomas Karsten (Amsterdam, Belanda, 22 April 1884 – Cimahi, 1945) adalah arsitek dan perencana wilayah pemukiman dari Hindia Belanda. Ia adalah putra seorang profesor Filsafat dan Wakil Ketua Chancellor ("Pembantu Rektor") di Universitas Amsterdam, sedangkan ibunya adalah seorang kelahiran Jawa Tengah.

Gelar arsitek diperolehnya dari Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool) di Delft, Belanda, dan lulus tahun 1908. Enam tahun kemudian dia berangkat ke Hindia Belanda atas ajakan seniornya, Henri Maclaine Pont, yang memiliki Biro Arsitektur. Dalam kariernya inilah ia menjadi perencana dan penasihat beberapa proyek bangunan publik di beberapa kota yang kala itu mulai berkembang akibat membaiknya perekonomian, antara lain Batavia (Jakarta), Meester Cornelis (Jatinegara) Bandung, Buitenzorg (Bogor), Semarang (Pasar Johar), Surakarta (Pasar Gede), Malang, Purwokerto, Palembang, Padang, Medan, Banjarmasin, dan bahkan sampai merancang perumahan murah di bagian barat daya Kota Magelang, yaitu Kwarasan. Gaya khas Karsten adalah kepeduliannya terhadap lingkungan hidup dan menghargai nilai kemanusiaan. Dia tidak pernah melupakan kepentingan kalangan berpenghasilan rendah, sesuatu yang jarang ditemui pada orang-orang Belanda masa itu.

Pada tahun 1921 Karsten menikah dengan Soembinah Mangunredjo dan mempunyai empat anak, masing-masing Regina (1924), Simon (1926), Joris (1928), dan Barta (1929). Dia juga bergabung dalam Instituut de Java, sebuah perkumpulan yang peduli terhadap budaya Jawa. Karsten mengkritik banyak arsitek Belanda sebelumnya yang lebih berkonsep "menaruh Eropa di Jawa". Bagi Karsten, Jawa adalah Jawa, bukan Belanda. Karsten menganggap kota sebagai suatu organisme hidup yang terus bertumbuh. Dalam rencana pengembangan kota, Karsten menganggap penting keberadaan taman-taman kota serta ruang terbuka, dua hal yang tampaknya saat ini mulai terabaikan. Akibat filosofi ini muncullah gaya arsitektur 'Indisch' yang populer pada masa pra-kemerdekaan.

Semenjak berdirinya Technische Hoogeschool di Bandung (ITB sekarang) Karsten menjadi salah satu pengajarnya. Pada tahun 1941 ia menjadi guru besar. Arsitek generasi pertama Indonesia banyak yang merupakan muridnya.

Secara politis, Karsten adalah orang pro-kemerdekaan, suatu sikap yang hanya diambil oleh sebagian kecil kalangan keturunan Eropa (Indo) pada masanya. Malangnya, ia ditangkap oleh tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942 sampai ia meninggal di Kamp Interniran Cimahi 1945. Cita-citanya untuk meninggal di bumi Indonesia tercapai walau harus dalam situasi yang tragis.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KARIER

Herman Thomas Karsten adalah arsitek lulusan Technische Hoogeschool di Delft yang masuk tahun l904. Karsten dilahirkan pada tahun 1884 di Amsterdam dari keluarga terpelajar. Ayahnya seorang profesor dalam ilmu filsafat dan wakil ketua Chancellor (Pembantu Rektor/Direktur) di Universitas Amsterdam sedang ibunya berasal dari Jawa Tengah. Semasa mahasiswa, sejak tahun pertama, Karsten muda aktif di perkumpulan mahasiswa sosial demokratis (STY = Social- Technische Vereenaging van Democratische Ingenieur en Architecten), yaitu suatu kelompok mahasiswa teknik arsitekur berhaluan demokrasi. Arsitek Herman Thomas karsten membeli biro arsitek milik Henri Maclaine Pont pada tahun 1915, kakak tingkatnya yang dua tahun lebih tua darinya.Tahun 1908 Karsten menjadi anggota pengurus bagian perumahan dari organisasi yang memegang peranan penting dalam masalah perumahan dan perencanaan kota. Padahal pada masa itu pada jurusan Arsitektur di Delft, kurang memperhatikan masalah perumahan maupun perencanaan kota.

Tahun 1913, pengalaman Karsten diperoleh dengan diadakannya Kongres Perumahan Internasional di Schevenigen Belanda yang secara khusus membahas permasalahan kenyamanan perumahan di Indonesia yang buruk, terutama pada sistem sirkulasi udara dan peneraangan alaminya, dengan mengetengahkan kondisi kampung-kampung di Semarang. Pengalaman selanjutnya, kunjungan ke Berlin; dimana Berlin adalah sebuah kota yang sangat maju dalam perencanaan kota dan perumahan. Bidang yang menjadi ajang kiprahnya di Indonesia sama dengan bidang yang menjadi latar belakangnya, yaitu bangunan dan perencanaan kota. Beberapa tahun sebelum Karsten datang ke Indonesia, sudah ada aktivitas~aktivitas lokal dalam perencanaan kota.

Beberapa peristiwa yang dianggap dapat dipakai sebagai tonggak perkembangan perencanaan kota modern di Indonesia, adalah:

Revolusi Industri di Eropa. Hal ini secara tidak langsung memberikan dua pengaruh penting. Pertama, peningkatan kebutuhan bahan mentah, menyebabkan timbulnya kota-kota adininistratur di Indonesia. Kedua, berkemhangnya konsep-konsep perencaan kota modern yang tercetus sebagai tanggapan atas revolusi industri Misalnya konsep “Garden City oleh Ebeneser Howard. Kesemuanya ini juga mempengaruhi Karsten dalam berkarya Indonesia .Politik kulturstelsel menyebabkan berkembangnya perkebunan tanaman keras, dan pula dianggap sebagal awal berkembangnya wilayah pertanian dan kota-kota administratur perkebunan Politik Etis (Etische Politiek). Politik mempunyai dampak bagi perkembangan perencanaan kota di Indonesia, dengan dikembangkannya perbaikan kampung kota (1934) Pengembangan Pranata dan Konstitusi Baru. Terbitnya UU Desentralisasi Decentralisatie Besluit Indisehe Staatblad tahun 1905/137, yang mendasari terbentuknya sistem kotapraja (Staadgemeente) yang bersifat otonom. Hal ini memacu perkembangan konsepsi perencanaan kota kolonial modern, khususnya Garden City atau Tuinstad". Pada pelaksanaan poin 4 (empat) yaitu politik dosentralisasi yang memberikan otoritas kepada daerah dalam pengembangannya, kota-kota mulai berkembang pesat, salah satu penyebabnya adalah tumbuh dan berkembangnya perkebunan dan industrialisasi. Akibatnya, penduduk terlalu padat, keadaan kota semakin buruk, terutama dalam hal sanitasi dan pengadaan air minum. Dalam situasi seperti ini Karsten diangkat manjadi penasihal otoritas 1okal untuk perencanaan kota Semarang, bekerja sama dengan jawatan pekerjaan umum Selain dari pada itu Karsten manjadi bagian dalam kelompok orang-orang Belanda pendukung kemerdekaan untuk Indonesia Karsten sangat memperhatikan kebudayaan penduduk asli, terutama pada arsitektur dan tata ruang Kota Sebagai penasehat, Karsten menyusun suatu paket lengkap untuk perencanaan berbagai kota, dimana didalamnya terdiri dan perencanaan kota (town planning), rencana detail (detail plan) dan peraturan bangunan (building regulation). Di Jawa Karsten merencanakan sembilan dari sembilan belas kota-kota yang mendapat otoritas lokal. Kesembilan kota tersebut adalah Semarang, Bandung, Batavia (Jakarta), Magelang, Malang, Buitenzorg (Bogor), Madiun Cirebon, Meester (Jatinegara), Yogya, Surakarta, dan Purwokerto.

Dalam kiprahnya di Semarang, Karsten menerapkan prinsip perencanaan kola, penzoningan, tingkatan/hirarki jalan-jalan seperti di Eropa. Perencanaannya juga mengacu perencanam pemerintah kota sebelum Karsten datang. Pengaruh Karsten dalam pengembangan kota adalah dengan adanya pembagian lingkungan yang tidak lagi berdasarkan suku, tetapi kelas ekonorni, yaitu tinggi, menengah dan rendah. Dalam perencanaan daerah Candi, Semarang, pengaruh gaya Eropa cukup dorninan terutama konsep "garden city". Hal ini terlihat dengan adanya taman umum dan halaman pada setiap rumah. Untuk perletakan rumah, taman umum dan ruang terbuka, Karsten sejauh mungkin mengikuti keadaan topografi, kemiringan-kemiringan dan belokan-belokan yang ada. Pembagian tanah dan arah jalan yang hanya terdiri dan dua kategori (utama dan sekunder), selain mengikuti keadaan tanah juga dibuat sedemikian rupa sehingga rumah-rumah dan taman-taman umum dapat memiliki pemandangan indah ke laut sebelah utara.

Bagaimana halnya dengan kiprah Karsten di dalam perercanaan dan perancangan bangunan?. Beberapa bangunan yang telah mewarnai arsitetur kota, khususnya kota Semarang adalah gedung SMN (Stoomvart Nederland), sebuah perusahaan pelayaran kolonial, yang dibangun di kawaaan pusat kota - waktu itu den - tahun 1930. Gedung kantor perusahaan kereta api (dahulu benama Zuztermaatschapijen, kemudian, Joana Stroorntraam-Maatchappiej) di jalan MH Thamrin Semarang juga hasil rancangannya. Selain bangunan kantor Karsten juga dalam kerja samanya dengan pernerintah kota, membangun banyak pasar dan museum. Pasar hasil karyanya adalah pasar Jatingaleh (1930), pasas Johar (1933), Pasar Sentral (1936) di Semarang; dan, pasar Ilir di Palembang. Sedangkan museum Sonobudoyo di kompleks kraton Yogyakarta. Karsten juga pernah diserahi tanggungjawab untuk perluasan dan modifikasi kraton Mangukunegoro ke VII di Surakarta (1917-20).

Gedung Zuztermaatschapijen sudah lebih adaptif dengan arsitektur lokal, yaitu arsitektur joglo. Untuk menyelesaikan masalah sirkulasi udara Karsten banyak membuat bukaan (pintu , jendela maupun lubang ventilasi) yang lebarnya sama dengan jarak antar trave-nya Pembukan ini dipadu dengan tinggi plafon yang sangat tinggi (5.44 M untuk ruang-ruang di pinggir, dan l0.44 pada ruang-ruang di tengah).
Perbedaan ketinggian ini sekaligus dimanfaatkan untuk pencahayaan. Untuk jenis bangunan pasar, tiga buah pasar yang ada di Semarang mempunyai keminpan arsitektur antara satu dengan lainnya, sedangkan sebuah lagi di Palembang berbeda.
Pasar Johar merupakan pasar termodern dan terbesar di Indonesia pada waktu itu, letaknya tepat disamping alun-alun Semarang yang merupakan pusat kota pada saat itu (sekarang alun-alun ini sudah tidak ada lagi). Dari segi struktur dikatakan modern karena strukur yang diterapkan di pasar Johar ini adalah terbaru di Indonesia, bahkan di dunia.
Struktur tersebut adalah struktur jamur (mushroom). Arsitek kaliber dunia Frank Lloyd Wright memakai struktur ini untuk karyanya - Johnson Waz Building di Wisconsin (1936). Bedanya, jika Karsten memakai penampang kolom maupun bagian atasnya berbentuk segi delapan maka Frank L.Wright memakai penampang bentuk lingkaran.

Pada masa itu, Karsten berhadapan dengan masalah sdm, terutama skill para ahli teknik. Karsten menginginkan peningkatan dalam pendidikan ahli telnik. Atas inisiatif suatu komite teknik, Karsten mengambil bagian dalam kuliah perencanaan kota di ITB Bandung. Akan tetapi karena invasi Jepang Karsten hanya bertugas sebagai profesor selama enam bulan saja. Pada saat Jepang masuk Indonesia tahun 1945, Karsten meninggal dalam interniran Jepang di Cimahi(ET).-----wikipedia.org

Sabtu, 24 Oktober 2009

BIOGRAFI "BURNHAM"

Daniel Hudson Burnham (4 September 1846-1 Juni 1912) adalah arsitek dan perencana perkotaan berkebangsaan Amerika Serikat. Ia pernah menjadi direktur proyek ketika diadakan Pameran Dunia Columbus (World's Columbian Exposition) tahun 1893 di Chicago. Di antara bangunan terkenal yang hasil desainnya adalah Gedung Flatiron di New York City, dan Union Station di Washington D.C.

Burnham lahir di Henderson, New York dan dibesarkan di Chicago, Illinois. Kedua orang tua membesarkannya dengan ajaran Swedenborgianisme (Church of New Jerusalem). Prinsip bahwa orang harus berjuang keras untuk melayani orang lain tertanam kuat di dalam dirinya. Setelah gagal dalam ujian masuk Universitas Harvard dan Universitas Yale serta karier singkat yang gagal di bidang politik, Burnham magang sebagai juru gambar di biro arsitek William LeBaron Jenney. Ketika berusia 26 tahun, Burnham pindah kerja ke kantor Carter, Drake, and Wight cabang Chicago. Di kantor yang baru, ia bertemu John Wellborn Root (1850-1891) yang kemudian menjadi rekan kerja sewaktu mendirikan biro arsitek.

Sebagai Burnham and Root, mereka berdua menjadi arsitek salah satu gedung pencakar langit Amerika yang pertama, Gedung Masonic Temple di Chicago. Gedung setinggi 21 lantai atau 92 meter ini diklaim sebagai gedung tertinggi pada masanya, namun sudah diruntuhkan tahun 1939. Di bawah pengaruh desain Root, biro Burnham and Root melahirkan gedung-gedung modern yang menjadi bagian dari Aliran Chicago dalam arsitektur. Setelah Root meninggal di usia muda akibat pneumonia pada tahun 1891, nama biro diganti menjadi D.H. Burnham and Co..

KARIER "BURNHAM"


Pameran Dunia di Chicago
Ketika berlangsung Pameran Dunia tahun 1893 di Chicago yang bertemakan peringatan 400 tahun pelayaran Columbus, Burnham dan Root bertugas sebagai pemimpin pembangunan proyek. Pada waktu itu, lokasi pameran di Taman Jackson masih merupakan kawasan terpencil di sebelah selatan pinggir danau. Sepeninggal Root, Burnham secara radikal mengubah desain Pameran Dunia 1893 dari gaya Root yang modern dan penuh warna menjadi gaya neoklasisisme dengan bantuan sekelompok arsitek ternama Amerika dan arsitek lansekap, seperti Frederick Law Olmsted, Charles McKim, dan Louis Sullivan.

Pameran Dunia tahun 1893 di Chicago dianggap sebagai contoh pertama dari perencanaan arsitekur secara menyeluruh di Amerika Serikat. Arena pameran dilengkapi dengan jalan utama yang lapang, tampak muka (façade) gedung-gedung klasik, dan taman yang rimbun. Arena ini sering disebut "Kota Putih", dan sekaligus mempopulerkan gaya neoklasisisme dalam perencanaan arsitektur Beaux-Arts. Arsitek lainnya di AS kemudian diminta klien mereka untuk memasukkan unsur-unsur serupa ke dalam desain yang sedang dibuat.

Perencanaan kota Chicago
Dalam proyek yang dimulai tahun 1906 dan diumumkan tahun 1909, Burnham dan asistennya, Edward H. Bennett menyiapkan rancangan tata kota Chicago yang disebut Burnham Plan. Rancangan Burnham meletakkan landasan bagi masa depan kota Chicago. Selain itu, rancangan tersebut merupakan rencana komprehensif bagi pertumbuhan terkendali sebuah kota di Amerika, sebagai hasil gerakan reformasi arsitektur dan perencanaan kota yang disebut Gerakan City Beautiful. Termasuk di dalam rencananya adalah usulan ambisius bagi pembangunan kawasan tepi danau dan sungai, dan pernyataan bahwa setiap warga kota dapat pergi ke taman hanya dengan berjalan kaki. Usulan ini disponsori Commercial Club of Chicago,[2] sedangkan Burnham menyumbangkan tenaga untuk mewujudkan idenya.

Selain untuk Chicago, Burnham membuat perencanaan kota untuk kota-kota lain di AS. Karya Burnham ikut membantu pembangunan Cleveland (Group Plan), San Francisco, Washington, DC (McMillan Plan), serta Manila dan Baguio di Filipina. Semuanya secara rinci dibahas dalam buku The Chicago Plan terbitan tahun 1909. Rancangannya untuk kota Manila tidak terlaksana, kecuali jalan tepi laut yang nantinya disebut bulevar Dewey, dan sekarang disebut bulevar Roxas.

Salah satu kutipan dari Burnham adalah "Jangan membuat rencana-rencana kecil. Rencana kecil tidak punya daya magis untuk membuat orang tertarik, dan kemungkinan rancangan tersebut tidak akan terwujud" ("Make no little plans. They have no magic to stir men's blood and probably will not themselves be realized.").(Moore-1921) Semasa hidupnya, Burnham pernah menduduki banyak jabatan, termasuk jabatan ketua Institut Arsitek Amerika[3] Daniel Burnham meninggal dunia tahun 1912 di Heidelberg, Jerman. Pada waktu itu, biro arsitek yang dipimpinnya telah menjadi biro arsitek terbesar di dunia. Biro arsitek yang didirikan Burnham hingga saat ini masih terus berkarya dengan nama Graham, Anderson, Probst & White yang digunakan sejak tahun 1917.

Sebagai penghormatan bagi pencapaian di bidang perencanaan kota, perhatian khusus diberikan untuk tempat peristirahatan terakhir Burnham. Makam Burnham dan keluarganya terletak di Pemakaman Graceland di daerah Uptown, Chicago, tepatnya di pulau kecil dekat ujung timur Danau Willowmere. Dokumen pribadi dan catatan kerja Burnham disimpan sebagai koleksi Arsip Ryerson dan Burnham di Institut Seni Chicago. Sebagai penghormatan bagi dirinya, Asosiasi Perencanaan Kota Amerika (American Planning Association) menamakan hadiah tahunannya sebagai "Penghargaan Daniel Burnham untuk Rencana Komprehensif".

BIOGRAFI

Kenneth Frampton (lahir 1930, Woking, Inggris), adalah seorang arsitek Inggris, kritikus, sejarawan dan Guru Besar Arsitektur Ware di Sekolah Pascasarjana Arsitektur, Perencanaan, dan Pemeliharaan di Columbia University, New York.

Frampton belajar arsitektur di Guildford Sekolah Seni dan Architectural Association School of Architecture, London. Kemudian ia bekerja di Israel, dengan Middlesex County Council dan Douglas Stephen dan Mitra (1961-66), selama itu ia juga seorang tutor mengunjungi di Royal College of Art (1961-64), tutor di Architectural Association (1961 -- 63) dan Teknis Editor jurnal Desain Arsitektur (AD) (1962-65).

Frampton juga mengajar di Princeton University (1966-71) dan Bartlett School of Architecture, London, (1980). Dia telah menjadi anggota staf pengajar di Columbia University sejak tahun 1972, dan tahun yang sama ia menjadi rekan dari Institut Arsitektur dan Urban Studies di New York - (yang anggotanya juga termasuk Peter Eisenman, Manfredo Tafuri dan Rem Koolhaas) - dan seorang co-editor pendiri majalah dari oposisi.

Frampton terkenal karena menulis pada abad kedua puluh arsitektur. Bukunya mencakup Modern Architecture: A Critical History (1980; direvisi 1985, 1992 dan 2007) dan Studi di Tektonik Budaya (1995). Frampton dicapai menonjol besar (dan pengaruh) dalam pendidikan arsitektur dengan esai "Towards a Critical regionalism" (1983) - meskipun istilah telah diciptakan oleh Alexander Tzonis dan Liliane Lefaivre. Selain itu, esai Frampton dimasukkan dalam buku The Anti-Aesthetic. Essays on Postmodern Culture, disunting oleh Hal Foster, meskipun Frampton kritis terhadap postmodernisme. Posisi sendiri Frampton upaya untuk mempertahankan versi modernisme yang terlihat baik untuk kritis kedaerahan atau 'sesaat' pemahaman tentang otonomi praktek arsitektur dari segi keprihatinan sendiri dengan bentuk dan tektonik yang tidak dapat direduksi menjadi ekonomi (sementara sebaliknya mempertahankan Sayap Kiri pandangan tentang tanggung jawab sosial arsitektur).

Pada tahun 2002 koleksi tulisan-tulisan Frampton selama 35 tahun itu dikumpulkan dan diterbitkan dengan judul Buruh, Kerja dan Arsitektur. Pada tahun 2006, ia menulis pengantar untuk buku arsitek Flemish Georges Baines.

GALLERY of GEHRY

Pencahayaan Aula Konser Walt Disney

Experience Music Project

Museum Seni Weismen

Paviliun Pritzker di Taman Millennium, Chicago

Gedung Peter B Lewis

Dancing House, Prague

Stata Center

Museum Guggenheim Bilbao, Spanyol

Fish Dance, Kobe, Japan

Selasa, 20 Oktober 2009

BIBLIOGRAFI


Boutelle, Sara Holmes. Julia Morgan, Architect. New York: Abbeville Press Publishers, 1988.

Generic Index of Buildings by Julia Morgan. No Date Given. Bluffton College. 4-18-2001
<>.

Julia Morgan. 2000. Asilomar Conference Grounds. 8-10-2001
<>.

Julia Morgan: Blueprint for Social Change. Luedtke, Pia Lindstrom. 1993. The Concord Review. 8-10-2001
<>.

Julia Morgan Center for the Arts: Julia's Story. No Date Given. Julia Morgan Center for the Arts. 4-18-2001
<>.

McMurray, Lynn Forney. Personal Interview. 2 June. 2001.

Steilberg, Walter T. "Some Examples of the Work of Julia Morgan." The Architect and Engineer of California Nov. 1918: 39-107.

Wadsworth, Ginger. Julia Morgan, Architect of Dreams. Minneapolis: Lerner Publication Company, 1990.

BIOGRAFI

Julia Morgan (Januari 20, 1872 - Februari 2, 1957) adalah seorang Amerika arsitek. Arsitek dari lebih dari 700 bangunan di California, dia terkenal karena karyanya tentang Hearst Castle in San Simeon, California. Sepanjang karir yang panjang, ia dirancang beberapa bangunan untuk melayani lembaga-lembaga perempuan dan anak perempuan.

Lahir di San Francisco, California, ia dibesarkan di Oakland dan lulus dari Oakland High School pada tahun 1890. Dia lulus dari Universitas California, Berkeley, di tahun 1894 dengan gelar di bidang teknik sipil. Atas desakan temannya dan mentor Bernard Maybeck, yang dia bertemu di tahun terakhir di sekolah tingkat sarjana, dia pergi ke Paris untuk menerapkan yang terkenal Ecole des Beaux-Arts. Pada awalnya ditolak karena sekolah itu tidak menerima perempuan, dan yang kedua kalinya karena ia gagal dalam ujian masuk (dia menyatakan dalam sebuah surat bahwa ia telah gagal dengan sengaja karena ia adalah seorang wanita), setelah dua tahun ia akhirnya lulus ujian masuk dalam program arsitektur, menempatkan 13 dari 376 pelamar, dan sebagaimana mestinya mengakui. Dia adalah wanita pertama yang lulus dengan gelar di bidang arsitektur dari sekolah di Paris.

KARIER
Setelah dia kembali dari Paris, dia mengambil pekerjaan dengan arsitek San Francisco Galen John Howard yang pada waktu itu mengawasi University of California Master Plan. Morgan bekerja di beberapa bangunan di Berkeley kampus, terutama menyediakan unsur-unsur dekoratif untuk Bangunan Pertambangan Hearst, dan desain untuk Hearst Teater Yunani.

Pada 1904, ia membuka kantor sendiri di San Francisco. Salah satu karya paling awal dari periode ini adalah Bintang Utara Rumah di Grass Valley, California, yang dibuat pada tahun 1906 oleh insinyur pertambangan De Arthur Wint Foote dan istrinya, penulis dan ilustrator, Mary Hallock Foote. Tentu saja, banyak komisi mengikuti gempa bumi San Fransisco 1906, menjamin kesuksesan finansial.

The Hearst Castle fasad. Yang paling terkenal dari Morgan pelanggan adalah raja surat kabar William Randolph Hearst, yang telah diperkenalkan kepada Morgan oleh ibunya Apperson Phoebe Hearst, pelindung kepala dari University of California di Berkeley. Hal ini diyakini bahwa pengenalan ini menyebabkan Downstate pertama Morgan komisi oleh Hearst, sekitar tahun 1914, untuk desain dari Los Angeles Examiner Building, sebuah proyek yang termasuk kontribusi oleh arsitek Los Angeles William J. Dodd dan J. Martyn Haenke . Martyn Haenke. Pada tahun 1919 Hearst Morgan dipilih sebagai arsitek La Cuesta Encantada, lebih dikenal sebagai Hearst Castle, yang dibangun di atas perkemahan keluarga yang menghadap San Simeon pelabuhan. Proyek terbukti menjadi dirinya terbesar dan paling kompleks, seperti Hearst visi untuk tumbuh pernah estat megah selama perencanaan dan konstruksi. Dari titik ini, Morgan menjadi arsitek utama Hearst, menghasilkan puluhan desain untuk bangunan, seperti Wyntoon (benteng kedua ditambah "Bayern desa" dari empat villa yang terletak di 50.000 hektar (202 km 2) dari hutan di Sungai McCloud dekat Gunung Shasta), The Hacienda (sebuah hotel yang dibangun di sebuah hibrida Misi dan Moor gaya sekitar tiga puluh mil dari Castle), dan Babicora, Hearst's Meksiko Rancho.

The Julia Morgan School for Girls di Oakland ini dinamai setelah dia. Sekolah adalah satu-satunya sekolah menengah untuk anak perempuan di East Bay. Ini menempati Alderwood Hall di Mills College, sebuah bangunan 1924 dirancang oleh Morgan.

Yang terbaik karya terkenal tidak ditugaskan oleh Hearst termasuk YWCAs di Chinatown San Francisco, Oakland, dan Riverside, yang terakhir yang sekarang menjadi Museum Seni Riverside, serta Perang Dunia I YWCA Hostess House di Palo Alto yang telah menjadi Situs MacArthur Park restoran sejak tahun 1981, Mills College, Bell Tower, mantan St John's Presbyterian Church (sekarang bernama Julia Morgan Pusat Seni) di Berkeley, di Kapel bunyi genta lonceng di Oakland, yang Asilomar Konferensi Grounds di Pacific Grove dekat Monterey, California, dalam tempat kudus Ocean Avenue Gereja Presbiterian pada 32 Ocean Avenue, San Francisco, di mana [Mission Bay Community Church] juga bertemu, di Berkeley City Club, yang berdekatan dengan University of California, dan beberapa rumah di San Francisco Russian Hill. Sebagian dari proyek-proyek perumahan, sebagian besar dari mereka berlokasi di San Francisco Bay Area, dapat dikategorikan sebagai tertinggi bungalow, istilah yang sering dikaitkan dengan karya Greene dan Greene dan beberapa Morgan sezaman dan guru lainnya.

Morgan dimakamkan di Mountain View Pemakaman di Oakland.

Gubernur California Arnold Schwarzenegger dan isteri Maria Shriver mengumumkan pada 28 Mei 2008 bahwa Morgan akan diangkat ke dalam California Hall of Fame, yang terletak di California Museum Sejarah, Wanita dan Seni. Upacara pelantikan akan berlangsung Desember 15 dan cucu-keponakannya akan menerima kehormatan di tempatnya.