Minggu, 10 Oktober 2010

ABSURDITAS ARSITEKTUR BERGAYA MEDITERANIA

by_Krisen S. Emha
Beberapa waktu yang lalu bahkan sampai saat ini kita sering melihat dan mendengar iklan-iklan dari pengembang baik perumahan maupun apartemen yang diembel-embeli dengan 'Arsitektur Bergaya Mediterania'. Tapi ketika diminta penjelasan tentang 'Arsitektur Bergaya Mediterania', umumnya baik pengembang maupun arsiteknya tidak bisa memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan yang kita peroleh adalah cerita dongeng berupa bualan ilusionis yang mengecoh persepsi dan tidak punya urat arsitektur.

'Arsitektur Bergaya Mediterania' secara ilmiah dalam stream gaya arsitektur memang tidak dikenal. Dalam mengkritisi arsitektur dari penampilan fisik (ruang dan bentuk) ada dua parameter yang biasa dipakai yaitu dari 'gaya arsitektur' dan 'aliran arsitektur'.

Gaya arsitektur biasanya lahir dari tren-tren yang tampil dalam rentang waktu tertentu atau bersifat kontemporer, tidak memiliki ideologi tertentu, biasanya dipopulerkan oleh kritikus di bidang arsitektur dengan melihat ciri-ciri fisik dan kesamaan-kesamaan yang ditampilkan, misalnya arsitektur bergaya 'art-deco', 'post-modern', dan lain-lain.

Adapun aliran arsitektur biasanya lahir dengan mazhab-mazhab tertentu sehingga memiliki ideologi tersendiri, biasanya lahir dari lembaga-lembaga arsitektur, baik lembaga pendidikan maupun perkumpulan-perkumpulan arsitek, misalnya arsitektur beraliran 'bauhau's, aliran 'd' beaux art', aliran 'modern', dan sebagainya. Dan terminologi 'Arsitektur Bergaya Mediterania' tidak ditemukan dalam kedua kerangka tersebut. Ini sering dan masih jadi perdebatan dikalangan arsitek sendiri sampai saat ini.

Berdasarkan historinya, awal perkembangan arsitektur secara ilmiah memang terjadi di kawasan laut mediterania dengan letak geografis antara Benua Afrika, Asia dan Eropa yang dikenal sebagai kawasan Anatolia. Dimulai dari Mesir yaitu zaman Mesir Kuno (2800 - 600 SM) dengan arsitektur piramidanya dan tokoh yang menonjol arsitek Imhotep. Kemudian berlanjut dengan zaman Yunani Kuno dengan arsitektur Acropolis, di sini muncul orde dorik dan orde ionik dan tokoh yang menonjol arsitek Mnesicles.

Zaman Romawi dengan arsitektur Roman dan muncul orde corinthian dan tokoh yang menonjol arsitek Hadrian dan Marcus Vitrivius Pollio. Dengan posisi geografis yang demikian, kawasan mediterania tidak terpengaruh oleh gerakan Rainesans (Kelahiran Kembali) yaitu gerakan kembali ke seni budaya ' Greeko-Roman' pada abad 15 dan 16 mula-mula di Italia, kemudian ke seluruh daratan Eropa.

Le Corbusier adalah arsitek kawakan Prancis yang dalam karya-karya arsitekturnya secara anatomi bercirikan arsitektur bangunan-bangunan yang ada di kawasan mediterania. Hal ini berawal dari pengalamannya menjelajahi kawasan ini ketika dia secara pribadi ingin melepaskan diri dari kemapanan arsitektur di Eropa, terutama di Prancis yang berwujud 'Greeko-Roman'.

Corbu mungkin terinspirasi karya-karya sejarah otentik berisi kenangan-kenangan di daerah timur yang eksotik, yang tidak terpengaruh oleh gerakan Rainesans, dan ditulis dalam bentuk prosa oleh penyair-penyair Perancis yang melakukan perjalanan ke timur. Diantaranya adalah Jainville, Froissart dan Villehardouin pada abad pertengahan (Moyen Age). Corbu melakukan perjalanan yang dinamakan dengan 'Voyage d' Orient' (Perjalanan ke Timur), terutama ke negara-negara mediterania.

Hal inilah yang mempengaruhi rancangan-rancangan Corbu selanjutnya ketika dia kembali ke Paris. Karya-karya Corbu tersebut dinamakan l'Espirit Noveau yang memiliki lima prinsip dan disebut 'cinq points' yaitu; tiang-tiang, taman dalam ruang, jendela lebar dan panjang, tampak depan dan ruang-ruang yang terbuka.

Hal ini merupakan perumusan dari ciri-ciri arsitektur yang ada di kawasan mediterania yaitu mulai dari Al hambra, Granada, Spanyol di Barat sampai ke Istambul, Turki di Timur terutama dari arsitektur mesjid yang beragam bentuknya di kawasan ini. Dan Corbu berhasil menarik benang merah dari kesamaan yang ada, yaitu bentuk jendela yang lebar, tiang-tiang dan ruang terbuka atau taman di dalam bangunan.

Baik Corbu maupun para kritikus di bidang arsitektur tidak berani mempopulerkan terminologi Arsitektur Bergaya Mediterania, tetapi di Indonesia terminologi ini menjadi kemasan mujarab bagi para pengembang dalam memasarkan barang dagangannya. Arsitektur dijadikan semacam alat pemberi status ukuran kekayaan materi, termasuk dengan kemasan Arsitektur Bergaya Mediterania.

Ukuran-ukuran ilmiah telah diabaikan dalam kondisi kapitalisme disegala bidang di masyarakat saat ini. Para arsitek yang terlibat dalam melahirkan desain-desain semacam ini, yang kebanyakan terlibat dengan pengembang telah menenggelamkan identitas diri dan melahirkan karya arsitektur yang anonimitas, yang pada akhirnya diberi label Arsitektur Bergaya Mediterania.

Realitas sosial pemukiman yang ada dalam iklim konsumerisme telah menjadikan arsitektur sebagai ukuran keberhasilan dalam mengumpulkan kekayaan materi, sehingga arsitektur diposisikan sebagai alat pemuas sensual semata. Ini ditangkap oleh sebagian besar pengembang yang berorientasi hedonisme arsitektur dimana desain arsitektur dibebaskan dari kewajiban-kewajiban pengujian ilmiah dan tanggung jawab sosial, yang penting masyarakat menyukainya.

Fenomena Arsitektur bergaya Mediterania ini muncul seiring pertumbuhan proyek-proyek perumahan dan apartemen di Indonesia periode 1990-an. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh munculnya perumahan-perumahan di sepanjang pantai Teluk San Fransisco ( seperti di Brentwood, Napa Valley, Baverly Hills, Malibu, Hollywood Hills dan Sausalito), California, Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1980-an sampai awal tahun 1990-an.

Penampilan arsitektur di California ini kebayakan berwujud sama dan memiliki kemiripan dengan bentuk-bentuk rumah di kawasan Mediterania yang secara geografis dan topografis memang mirip dengan kawasan Mediterania, walaupun secara konseptual tidak begitu jelas. Bentuk-bentuk bangunan berarsitektur seperti ini sampai ke Indonesia melalui film-film dan acara-acara di televise yang kebanyakan produksi Amerika Serikat dan diproduksi dikawasan ini dimana dalam kehidupan orang sekarang dalam mengatur tingkah laku dan sikap hidup selalu merujuk pada televisi, termasuk dalam menentukan bentuk rumah yang ingin dimiliki.

Padahal perwujudan arsitektur bangunan-bangunan rumah tinggal di California tersebut juga sudah bercampur-baur segala macam gaya arsitektur antara bentuk rumah-rumah di kawasan Mediterania, model Spanyolan sampai yang bergaya Post-Modern. Diantaranya yang sangat gigantik yaitu bangunan The Team Disney Building karya arsitek Michael Graves yang bergaya Post-Modern. Yang terjadi di Indonesia adalah pentransformasian bentuk-bentuk kulit luar tersebut melalui cara penjiplakan dan peniruan secara absurd dan dikatakan sebagai Arsitektur Bergaya Mediterania.

Pada dasarnya wajah arsitektur di Indonesia saat ini didominasi oleh wajah arsitektur kota pada proyek-proyek perumahan dan apartemen yang ditangani oleh pengembang pengusaha. Arsitektur yang muncul merupakan hasil aliansi kekuasaan para pengusaha dan birokrat dalam semangat hedonis kaum elit, melalui iklan penawaran-penawaran desain yang dapat memberi kepuasan sensual dan bisa menarik perhatian khalayak.

Hal ini terjadi sebagaimana di negara berkembang lainnya karena tidak seimbangnya percepatan perkembangan arsitektur didunia yang didominasi oleh Amerika Serikat dengan kemampuan masyarakat kita dalam memahami arsitektur, baik didalam lingkungan masyarakat awam maupun dalam lingkungan masyarakat akademis arsitektur sendiri.

Dalam terminologi Arsitektur Bergaya Mediterania, kemiripan tropis semata dijadikan dasar untuk menghadirkan arsitektur asing, padahal secara konseptual tidak menghasilkan gagasan-gagasan baru baik tentang 'ruang' maupun 'lingkungan'. Yang tampil hanyalah sekedar arsitektur yang pesolek pada perwajahannya dan sulit dipertanggung jawabkan secara historikal maupun kultural. Inilah hasil dari karakter-karakter yang dibangun atas orientasi konsumerisme, epikurisme, hedonisme, elitisme dan westernisme semata, sehingga yang terjadi adalah dramaturgi pelecehan arsitektur. (TEMPO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Komentar Anda Tidak Menyinggung SARA