
Dua belas tiang itu berdiri tegak tepat di tengah masjid. Tak ada beban yang mesti disangga sehingga bagian atas tiang itu tampak kosong. Tak satu pun yang menyentuh langit-langit bangunan, sehingga menyisakan bagian kosong antara ujung tiang dan bagian bawah atap. Bagian kosong itu kian tampak di bagian tengah karena atap bangunan didesain dengan bentuk kerucut. Dua belas tiang itu merupakan bagian terpenting dari masjid ini.

Masjid ini terletak di tengah perkampungan Luar Batang, Jakarta Utara dan tak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa. Dulu kampung Luar Batang dikenal sebagai pemukiman orang Jawa di luar tembok kota Batavia. Pemukiman seluas 9,6 hektar ini menampilkan ciri khas Betawi pesisir, sedangkan Masjid Kramat menampilkan campuran arsitektur Eropa dan India.

Layaknya bangunan model India, Masjid Kramat ini memanfaatkan banyak tiang ciri khasnya. Begitu pula dengan pintu gerbang yang memadukan gaya kubah dan bangunan tradisional India. Sedangkan nuansa Eropa dapat dilihat dari model tembok dan lengkungan pada setiap jendela.
Pembangunan yang diprakarsai pemda DKI Jakarta ini berusaha mengembalikan bangunan utama masjid. Karena itu 12 tiang tetap berada di titik tengah masjid, tepat di bawah bagian ujung atap yang berbentuk kerucut. Selain itu menara masjid di bagian luar tetap dipertahankan sebagaimana aslinya, yang berbentuk bulat dengan semi kubah di bagian atasnya. Model ini merupakan ciri khas menara daerah pesisir dengan dinding batu bata yang kokoh dan tebal.

Model tembok tebal ini tidak lagi digunakan untuk bangunan utama masjid yang baru. Secara keseluruhan, masjid ini terbilang sederhana. Bentuknya tanpa kubah. Sebaliknya, dikemas atap berbentuk kerucut yang cukup tinggi, yang dirancang untuk meminimalisir hawa panas yang masuk ke dalam ruang. Melalui celah yang dibuat diantara bagian bawah atap dan tembok penyangga, angin mampu menerobos ke dalam masjid. Hembusan angin ini yang membuat suasana Masjid Kramat terasa adem.
Bagian dalam masjid cukup lapang karena tidak memanfaatkan tiang penyangga, kecuali empat sisi dinding. Hanya saja keberadaan 12 tiang itu terkesan mengurangi kelapangan masjid. Namun, hal ini tidak begitu menggangu karena posisi yang teratur. Dengan posisi berjajar 3 x 4 baris, masing-masing tiang berjarak sekitar 1 meter. Artinya ada lahan seluas 12 meter persegi yang digunakan untuk tiang-tiang tersebut.
Setelah direnovasi, Masjid Kramat tampak sebagai bangunan baru di tengah kompleks masjid yang penuh nuansa kuno. Lantai, dinding dan pintu misalnya, telah diganti dengan bahan terbaru. Kondisi ini tampak kontras dengan bangunan makam Habib Husein yang tetap bertahan seperti aslinya. Letak makamnya sendiri dikembalikan ke letaknya semula, yakni di bagian luar masjid. Tepatnya di depan pintu masuk utama bagian kiri sebelum melewati anak tangga.

Letak makam ini lebih rendah kira-kira satu meter dibanding lantai dasar masjid. Semula posisi makam dan lantai masjid berada pada ketinggian yang sama. “Kalau air laut sedang pasang atau banjir, menimbulkan persoalan,” kata Abdullah. Akhirnya lantai dasar masjid dibuat lebih tinggi untuk mencegah air masuk. Posisi lantai ini membantu makam Habib Husein terhindar dari terjangan air bah.
Nah, situasi teras yang hiruk pikuk itu turut memberi warna yang kontras, paling bila dibandingkan dengan bangunan masjid yang tampak bersih. Beberapa bagian dinding terasa terlihat mengelupas. Begitu pula atap teras bangunan makam yang terlihat koyak pada beberapa bagian ciri khas bangunan publik di Indonesia. Jika saja kompleks Masjid Kramat kampung Luar Batang ini ditata lebih rapi, bukan tak mungkin wisata spiritual dan sejarah, termasuk mengagumi arsitekturnya, kian digemari. (TEMPO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Komentar Anda Tidak Menyinggung SARA