Sabtu, 09 Oktober 2010

Seorang "Andi Siswanto" Penyelamat Kota Lama

Nama Andi Siswanto identik dengan Kota Lama Semarang. Dibenak masyarakat Kota Lumpia itu, pria kelahiran Wonosobo, 5 November 1954 ini adalah salah satu sosok penyelamat kawasan bersejarah Kota Lama yang kondisinya sekarat. Andi mulai menggarap Kota Lama, pusat Kota Semarang yang menjadi sentra perdagangan di masa silam, dari 1997 hingga 2002.

Ia melihat Kota Lama ibarat kota yang ditinggal penghuninya. Orang tidak berani lagi membangun di sana. Pemiliknya banyak yang keluar dari kawasan itu dan membangun lagi di tempat baru. Setelah proyek konservasi itu dirampungkan, kini para pemiliknya mulai kembali berdatangan dan tinggal di sana. "Dulu mereka tidak menghargai bahwa bangunan itu penting dan bersejarah. Kini mereka sudah merasa cinta dengan bangunan kolonial," katanya.

Bagi Andi, Kota Lama adalah proyek spesial. Minatnya di bidang konservasi, desain dan pembangunan kota terpuaskan di proyek ini. Karena itu, pekerjaan ini dilakukannya dengan cermat, teliti dan penuh semangat. Tak mudah membangun kembali kota tua. Apalagi, saat itu sudah ada rencana tata kota Semarang bahwa bangunan tua di Kota Lama harus mundur beberapa meter.

Andi semakin tertantang. Ia berupaya keras mengegolkan proyek ini. Yang dramatis, menurut pengakuan Andi, sejak proyek ini digodok hingga 1995, tak satu investor pun yang berminat menanamkan investasi di kawasan peninggalan penjajah Belanda itu. Sementara itu, infrastrukturnya rusak berat. Banjir bertubi-tubi telah mengoyak permukaan Kota Lama. Ruang-ruang kota terkesan kusam dan tak berarti. "Tapi justru saya terinspirasi untuk memulai dari sana," katanya.

Andi mulai bekerja dengan cara menyakinkan para pemilik rumah bahwa kawasan akan menjadi lebih indah bila ditata kembali. Andi bicara panjang lebar hingga akhirnya membuat Yayasan Kota Lama. Andi juga melobi pemerintah daerah bahwa Kota Lama adalah aset kota yang harus diselamatkan. "Anda bisa bayangkan, apakah kita bisa membangun kembali puluhan gedung dengan nilai sekarang yang harganya miliaran rupiah seperti Gereja Blenduk, Gedung Jiwa Sraya dan lainnya?" ujar Andi.

Kota, termasuk Kota Lama, bagi Andi adalah museum berskala 1:1. Jika ingin mendidik bangsa Indonesia, maka kita harus tahu sejarahnya. Dan sejarah itu bisa dilihat, diraba dan dirasakan dalam skala 1:1 di dalam sebuah kota, seperti halnya Kota Lama. Untuk itu, Andi membuat plan berupa bangunan yang ditata kembali sesuai aslinya, seperti ruang kota dan bentuk jalannya.
Paradoc plan-nya yang dikembalikan, dinding gedung dikembalikan sebagaimana aslinya dulu.

"Konsep ruangnya adalah sosial space yang membuat orang bisa memegang gedung, menikmati gedung, bersandar dan sebagainya. Lain dengan di Jalan Thamrin Jakarta, misalnya. Baru masuk saja kita sudah dibatasi pagar, trotoar, ini dan itu. Berbeda dengan Gereja Blenduk. Anda bisa bersahabat dengan gereja, Anda bisa menyentuh, boleh melihat detailnya, foto-foto dan lain-lain," jelas Andi.

Sebagai arsitek yang menggemari bidang urban design, Andi banyak menelurkan karya tata kota. Salah satunya adalah konservasi pemukiman kumuh Bandarharjo Semarang yang digarap pada 1994. Di kawasan kumuh itu Andi mengembangkan konsep pengembangan sosial, ekonomi dan pendidikan. Permukimannya dibuat bervariasi, teduh, nyaman dan mendorong efektifitas rumah. Penggarapannya diakui Andi cukup berat, apalagi kawasan itu merupakan daerah tergenang. Tanahnya jelek sekali karena bekas rawa.

Andi dan tim memperbaikinya dan membuat halte, jalan-jalan dan sanitasi. Kini Bandarharjo merupakan salah satu kawasan yang mendapatkan penghargaan Dubai Award, sebuah penghargaan terbaik di bidang pemukiman dunia yang disponsori PBB.

Karya lain yang cukup menarik adalah desain sekolah SMA Karangturi Semarang, yang dirampungkan pada 1992. Menurut Andi, bangunan SMA di Indonesia umumnya terlalu standar dan menggunakan pedoman-pedoman yang sangat mengikat. Padahal, sebuah sekolah seharusnya tempat terjadinya pembentukan watak, memberikan kesempatan bahwa sekolah itu rumah kedua, bukan tempat murid berkewajiban sekolah. Sekolah adalah rumah kedua untuk menimba ilmu. Karena itu bentuk dan desainnya harus menarik dan fungsional.

Makanya, dalam perencanan sekolah itu, Andi membuat desain lengkap dengan perpustakaan yang tidak sekedar ruang tempat pinjam buku terus lari, tapi bisa baca, bermain, kantin yang bagus, dan ada tempat olahraga. "Site-nya sempit, tapi saya buat agar bisa menampung semua kegiatan," katanya.

Selain menggarap Semarang, Andi juga banyak menggarap proyek kota di beberapa kawasan lain di Indonesia. Di Batam misalnya, ia adalah arsitek Pasar Rakyat di Nagoya. Di Balikpapan, ia turut mengembangkan pembangunan kota bagian barat. Di Pekanbaru, karyanya antara lain penataan dan pemberdayaan masyarakat Kawasan Sungai Siak. Ia juga terlibat dalam Rencana Pembangunan Kota Baru dan Kawasan di Tarakan, Rekonstruksi Taman Ujung Karang Asem, Bali, Revitalisasi Kawasan Bersejarah Tenggarong, Kutai, Pusat Pemerintahan Baru, Bontang, Desain Kota Baru di Cengkareng, Jakarta, Kemayoran Office Towers, Apartment and Commercial Development, Jakarta, Rencana dan Program Revitalisasi Kawasan Lama di Indonesia dengan Pendekatan Ekonomi Lokal.

Andi Siswanto mulai mengenyam pendidikan arsitektur di :
1. STSRI-Asri,
2. Universitas Gadjah Mada (UGM), lalu melanjutkan
3. Pendidikan di Urban History & Design-Oxford Politechnic Master of Science in Urban & Regional Planning (MSc, University of Wisconsin, Madison),
4. Master of Architecture (M. Arch, University of Wisconsin, Milwaukee), dan
5. PhD in Housing & Urbanism (Architectural Association Graduate School, London).

Aktifitas internationalnya, antara lain :
1. Konsultan ADB untuk Neighbourhood Upgrading and Shelter Sector Project (2002-2003),
2. Konsultan dan Partner untuk UNCHS/Urban Management Program-Asia (2002-2003), Memberi saran untuk konservasi kawasan bersejarah "Old Hanoi" (Goethe Institute/Hanoi Municipality, November 2002). Ia juga memberi saran untuk manajemen konservasi World Heritage kota Hoi An dan
3. Rekonstruksi World Heritage "candi" Mai Son (Unesco/Central Government of Vietnam, 2001), memberi saran pemecahan "development vs conservation" untuk kasus Acheen Street, Penang, Malaysia (Badan Warisan Malaysia-Unesco, 2002).

Sebagai arsitek, Andi mengaku mendalami aliran regionalisme dan neo modernisme. Modernisme, kata Andi, merupakan reaksi dari neo klasik, tradisonalisme dan lainnya. Eksperimen dari modernisme ini sangat menarik dan menghadirkan sesuatu yang indah seperti di Belanda dan Jerman. "Modernism sebenarnya mencoba mencari idiom-idiom dan teknik desain baru yang cocok dengan masyarakat modern," katanya. (TEMPO)

1 komentar:

  1. Pak Andy memang sosok yang luar biasa bukan saja cerdas namaun beliau orang yang sangat idealis bagi profesinya

    BalasHapus

Terima Kasih Komentar Anda Tidak Menyinggung SARA

ANDA PENGUNJUNG KE :