Sabtu, 30 April 2011

Dari Gedung Lahir Perilaku

Oleh Edi Purwanto

POLEMIK terkait dengan rencana pembangunan gedung baru DPR makin meluas dan terbuka. Berbagai argumentasi mengemuka dari pihak yang pro dan kontra (SM, 31/03/11). Selama ini rencana pembangunan gedung DPR dinilai tidak transparan oleh sementara pihak. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), yang punya kompetensi terhadap desain arsitektural pernah meminta pimpinan DPR untuk mengadakan sayembara desain gedung baru itu namun tidak ditanggapi secara serius.

Legitimasi sayembara desain proyek-proyek pemerintah dituangkan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, dan ditegaskan lagi melalui penggantinya, Perpres Nomor 54 Tahun 2010. Perencanaan pembangunan melalui sayembara dapat dilakukan tanpa menghentikan keterlibatan dan tanpa memutus kontrak kerja konsultan perencana yang sudah ada.

Sekadar menyegarkan ingatan pembaca, awal 1960-an, gedung lama DPR dengan bentuk atapnya yang unik (dulu bernama gedung Conefo, akronim dari Conference of New Emerging Forces, yang juga merupakan hasil sayembara tahun 1965) menjadi tempat berkumpulnya arsitek, ahli sipil bangunan, dan insinyur disiplin ilmu lainnya, untuk merancang dan mengawasi pembangunan bersama-sama di bawah pimpinan arsitek Soejoedi Wiroatmojo Dipl Ing.

Adapun desain gedung baru DPR yang berbentuk gerbang atau huruf U terbalik, disebutkan mencerminkan filosofi latar belakang anggota DPR yang beragam daerah dan budaya. Gerbang juga menyimbolkan metafora dari harapan bagi kemakmuran bangsa dengan dua pilar kokoh di atasnya. Jika kita mengamati seksama maket dan sketsa gambar yang dipublikasikan maka terlihat rancangan baru itu melemahkan eksistensi gedung lama (dengan bentuk atap yang unik) sebagai bangunan monumental. Skala bangunan baru yang sedemikian besar mendominasi kawasan.
Desain Serupa Hal ini berbeda dari pembangunan Manggala Wanabakti, yang merupakan ‘’perluasan’’ kantor Departemen Kehutanan tahun 1980-an. Konsep desain gedung baru berlantai 14 itu justru sangat menghargai dan memberi penguatan posisi gedung DPR/ MPR, yang berada di blok yang sama. Kini, rancangan gedung baru DPR selain berkesan mewah, juga angkuh dan tidak ramah sehingga tidak welcome bagi rakyat kecil yang ingin menyampaikan aspirasinya. Psikologi ruang itu bisa makin menjauhkan jarak hubungan antara rakyat dan wakilnya. Rancangan gedung baru itu juga tidak memenuhi asas kepatutan dikaitkan dengan situasi keuangan negara.

Berdasarkan maketnya, model huruf U terbalik bukanlah desain orisinal, setidak-tidaknya ada beberapa gedung di negara lain yang mirip itu, seperti Gedung Kongres Chili, hanya beda ketinggian, dan gedung Grand Arch di Le Defence, yang malah sangat mirip, di Champs de Ellysee, jalan yang panjang dan terkenal di Paris.

Desain gedung baru DPR juga cenderung mengadopsi konsep arsitektur modern, yang lahir di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat tahun 1960-an, kelanjutan dari revolusi industri setelah digunakannya baja sebagai bahan bangunan. Padahal konsep arsitektur modern itu sudah ditinggalkan oleh para arsitek karena dianggap punya banyak kelemahan, di antaranya menjadikan wajah berbagai kota menjadi tunggal rupa, dan cenderung tidak mempunyai rasa dan makna bagi penghuninya.

Mudah-mudahan arsitek perancang gedung baru DPR menyadari kekeliruannya, bahwa kasus-kasus kegagalan penerapan konsep arsitektur modern di beberapa bangunan berlantai banyak yang terbukti berdampak pada penyimpangan perilaku sosial, budaya, dan psikologis penghuninya. Dalam konteks ini berarti anggota DPR, penghuni gedung tersebut.

Di sinilah pentingnya pembelajaran arti berdemokrasi dalam mendesain, terutama untuk perancangan gedung yang punya orientasi publik dan menggunakan dana besar dari rakyat. Pelibatan sedini mungkin pemangku kebijakan dalam proses perencanaan dan perancangan akan memberi manfaat dengan didapatkannya masukan berupa ide dan gagasan konstruktif dan positif. (10)


— Dr Ir Edi Purwanto MT, Sekretaris Program Studi Magister Teknik Arsitektur Undip

Jumat, 29 April 2011

MA’ NENE’, Ritual Unik Suku Toraja

Oleh Andari Karina Anom
Foto: Tempo/Zulkarnain

Tana Toraja di Sulawesi Selatan sudah lama terkenal dengan alam pegunungannya yang permai serta ritual adatnya yang unik. Yang paling tersohor, tentu saja, pesta Rambu Solo yang digelar menjelang pemakaman tokoh yang dihormati. Tiap tahun pesta yang berlangsung di beberapa tempat di Toraja ini senantiasa mengundang kedatangan ribuan wisatawan.

Selain Rambu Solo, sebenarnya ada satu ritual adat nan langka di Toraja, yakni Ma’ Nene’, yakni ritual membersihkan dan mengganti busana jenazah leluhur. Ritual ini memang hanya dikenal masyarakat Baruppu di pedalaman Toraja Utara — sebuah kabupaten baru. Biasanya, Ma’ Nene’ digelar tiap bulan Agustus.

Saat Ma’ Nene’ berlangsung, peti-peti mati para leluhur, tokoh dan orang tua, dikeluarkan dari makam-makam dan liang batu dan diletakkan di arena upacara. Di sana, sanak keluarga dan para kerabat sudah berkumpul. Secara perlahan, mereka mengeluarkan jenazah (baik yang masih utuh maupun yang tinggal tulang-belulang) dan mengganti busana yang melekat di tubuh jenazah dengan yang baru.

Mereka memperlakukan sang mayat seolah-olah masih hidup dan tetap menjadi bagian keluarga besar.

Ritual Ma’ Nene’ oleh masyarakat Baruppu dianggap sebagai wujud kecintaan mereka pada para leluhur, tokoh dan kerabat yang sudah meninggal dunia. Mereka tetap berharap, arwah leluhur menjaga mereka dari gangguan jahat, hama tanaman, juga kesialan hidup.

Dari mana asal muasal ritual Ma’ Nene’ di Baruppu? Kisah turun-temurun menyebutkan, pada zaman dahulu terdapatlah seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek. Saat sedang berburu di kawasan hutan pegunungan Balla, bukannya menemukan binatang hutan, ia malah menemukan jasad seseorang yang telah lama meninggal dunia. Mayat itu tergeletak di bawah pepohonan, telantar, tinggal tulang-belulang.

Merasa kasihan, Pong Rumasek kemudian merawat mayat itu semampunya. Dibungkusnya tulang-belulang itu dengan baju yang dipakainya, lalu diletakkan di areal yang lapang dan layak. Setelah itu, Pong Rumasek melanjutkan perburuannya.

Tak dinyana, semenjak kejadian itu, setiap kali Pong Rumasek berburu, ia selalu beroleh hasil yang besar. Binatang hutan seakan digiring ke dirinya. Bukan hanya itu, sesampainya di rumah, Pong Rumasek mendapati tanaman padi di sawahnya pun sudah menguning, bernas dan siap panen sebelum waktunya.

Pong Rumasek menganggap, segenap peruntungan itu diperolehnya berkat welas asih yang ditunjukkannya ketika merawat mayat tak bernama yang ditemukannya saat berburu.

Sejak itulah, Pong Rumasek dan masyarakat Baruppu memuliakan mayat para leluhur, tokoh dan kerabat dengan upacara Ma’ Nene’.

Dalam ritual Ma’ Nene’ juga ada aturan tak tertulis yang mengikat warga. Misalnya, jika seorang istri atau suami meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kawin lagi sebelum mengadakan Ma’ Nene’ untuknya.

Ketika Ma’ Nene’ digelar, para perantau asal Baruppu yang bertebaran ke seantero negeri akan pulang kampung demi menghormati leluhurnya. Warga Baruppu percaya, jika Ma’ Nene’ tidak digelar maka leluhur juga akan luput menjaga mereka. Musibah akan melanda, penyakit akan menimpa warga, sawah dan kebun tak akan menghasilkan padi yang bernas dan tanaman yang subur.

Senin, 25 April 2011

Penghargaan Pritzker

Penghargaan Arsitektur Pritzker adalah penghargaan tahunan yang diberikan kepada arsitek yang masih hidup, dan telah memberikan kontribusi bagi kemanusiaan dan lingkungan binaan melalui seni arsitektur. Penghargaan diberikan sejak tahun 1979 oleh Hyatt Foundation untuk menghormati pendiri jaringan hotel Hyatt, pengusaha Jay A. Pritzker.
Penghargaan Pritzker dikelola oleh keluarga Pritzker yang banyak bermurah hati membiayai berbagai kegiatan budaya dan ilmu pengetahuan. Penghargaan yang pertama diberikan kepada Philip Johnson asal Amerika Serikat. Setelah berlangsung beberapa tahun, Penghargaan Pritzer mencapai status sebagai Penghargaan Nobel di bidang arsitektur.
Pemberian penghargaan setiap tahunnya dilakukan di gedung-gedung dengan rancangan arsitektur terkenal. Upacara penyerahan sekaligus peringatan hari jadi ke-20 Penghargaan Pritzker dilangsungkan di Gedung Putih. Namun 7 bulan setelah upacara tersebut, Jay A. Pritzker meninggal dunia akibat serangan jantung pada tanggal 23 Januari 1999. Putra tertuanya, Thomas J. Pritzker sekarang menjabat ketua The Hyatt Foundation.
Pemenang menerima hadiah uang sejumlah 100 ribu dolar AS. Selain hadiah uang, pemenang mendapat medali perunggu yang didesain oleh bapak gedung pencakar langit, Louis H. Sullivan. Pemenang juga mendapat jaminan ketenaran sebagai arsitek kelas dunia, dan tawaran proyek dari berbagai kontraktor.
Pemenang Penghargaan tersebut dari tahun ke tahun semenjak di gelar adalah :
(1979)
Philip Johnson, Amerika Serikat (1906 - 2005)
(1980)
Luis Barragan, Meksiko (1902 - 1988)
(1981)
James Stirling, Britania Raya, (1924 - 1992)
(1982)
Kevin Roche, Amerika Serikat/Irlandia
(1983)
Ieoh Ming Pei, Amerika Serikat (kelahiran RRT)
(1984)
Richard Meier, Amerika Serikat
(1985)
Hans Hollein, Austria
(1986)
(1987)
Kenzo Tange, Jepang (1913-2005)
(1988)
Gordon Bunshaft, USA (1909 - 1990) dan Orcar Niemeyer, Brasil
(1989)
Frank Gehry, Amerika Serikat (kelahiran Kanada)
(1990)
Aldo Rossi, Italia (1931 - 1997)
(1991)
Robert Venturi, Amerika Serikat
(1992)
Alvaro Siza, Portugal
(1993)
Fumihiko Maki, Jepang
(1994)
(1995)
Tadao Ando, Jepang
(1996)
Rafael Moneo, Spanyol
(1997)
Sverre Fehn, Norwegia
(1998)
Renzo Piano, Italia
(1999)
Sir Norman Foster, Britania Raya
(2000)
Rem Koolhaas, Belanda
(2001)
(2002)
Glenn Murcutt, Australia
(2003)
Jørn Utzon, Denmark
(2004)
Zaha Hadid, Irak & Britania Raya
(arsitek wanita pertama peraih Penghargaan Pritzker)
(2005)
Thom Mayne, Amerika Serikat
(2006)
(2007)
Richard Rogers, Britania Raya
(2008)
Jean Nouvel, Perancis
(2009)
(2010)
Kazuyo Sejima & Ryue Nishizawa (SANAA), Jepang
(2011)
(2012)
Wang Shu, China

Ilmu Arsitektur & Sejarah

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan kota, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bagunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

RUANG LINGKUP DAN KEINGINAN

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisme, fenoenologi strukturalime, post-strukturalisme dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektur.

TEORI & PRAKTIK

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.

SEJARAH

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insiyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.

Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.

Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.

Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jone atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.

Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan, arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.

KESIMPULAN

Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu. (wikipedia)

Rabu, 20 April 2011

ARSITEKTUR GOTHIK

Katedral Reims, Perancis

Arsitektur Gothik adalah gaya arsitektur yang digunakan selama abad pertengahan tengah dan akhir. Gaya ini berevolusi dari arsitektur Romanesque dan diteruskan oleh arsitektur Renaisasnce. Arsitektur ini berasal dari Perancis abad ke-12.

Sabtu, 16 April 2011

ARSITEKTUR KLASIK

Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani Kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.

SEJARAH

Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.

Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.

Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir.

ARSITEKTUR KLASIK SAAT INI

Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.

Arsitektur Islam

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.SEJARAH

Pada tahun 630 M, Nabi Muhammad beserta tentaranya berhasil menaklukkan Makkah dari suku Quraish. Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan agama Islam, rekonstruksi Ka'bah dilaksanakan sebelum Muhammad menjadi Rasul. Bangunan suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam. Dahulu sebelum Islam, dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar seperti gambar nabi Isa, Maryam, Ibrahim, berhala, dan beberapa pepohonan. Ajaran yang muncul belakangan, terutama berasal dari Al Qur'an, akhirnya melarang penggunaan simbol-simbol yang menggambarkan makhluk hidup terutama manusia dan binatang.

Pada abad ke-7, muslim terus berekspansi dan akhirnya mendapatkan wilayah yang sangat luas. Tiap kali muslim mendapatkan tanah wilayah baru, yang pertama kali mereka pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu mesjid. Perkembangan mesjid di saat-saat awal ini sangat sederhana sekali, bangunan mesjid tidak lain berupa tiruan dari rumah nabi Muhammad, atau kadang-kadang beberapa bangunan diadaptasikan dari bangunan yang telah ada sebelumnya, misalnya gereja.

PENGARUH DAN GAYA
Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Mesjid Raya Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Juga mesjid Hagia Sophia di Istambul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. KetikaUstman merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika menjadi mesjid (sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan kubah. Hagia Sophia juga menjadi model untuk pembangunan mesjid-mesjid Islam sselanjutnya selama kekaisaran Ustman, misalnya mesjid Sulaiman, dan mesjid Rustem Pasha. Motif yang mencolok dalam arsitektur Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola dalam, terutama, mesjid dan istana. Pemakaian kubah juga sama pentingnya dalam arsitektur islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada tahun 691 dan muncul kembali sekitar abad ke-17.

ARSITEKTUR PERSIA
Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama kalinya. Sisi timur dari sungai eufrat dan tigris adalah tempat berdirinya kekaisaran Persia pada sekitar abad ke-7. Karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung bukan saja meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam mengadopsi banyak sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam merupakan evolusi dari arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia mulai pudar yang menunggu digantikan oleh kebudayaan lain. Banyak kota, misalnya Baghdad, dibangun dengan contoh kota lama persia misalnya Firouzabad. Bahkan, sekarang bisa diketahui bahwa dua arsitek yang dipekerjakan oleh Al-Mansour untuk merancang kota pada masa awal adalah warisan dari kekaisaran Persia, yaitu Naubakht, seorang zoroaster persia, dan seorang Yahudi dari Khorasan, Iran yaitu Mashallah. Mesjid gaya persia bisa dilihat dari ciri khasnya yaitu pilar batu bata, taman yang luas dan lengkungan yang disokong beberapa pilar. Di Asia Timur, gaya arsitektur Hindu juga turut memengaruhi namun akhirnya tertekan oleh kebudayaan persia yang ketika itu dalam masa jayanya.

ARSITEKTUR MOOR
embangunan mesjid raya di Cordoba pada tahun 785 menandakan bergeliatnya arsitektur islam di peninsula Iberia dan Afrika Utara. Mesjid dengan gaya Moor sangat mencolok dengan interior lengkungannya yang penuh dekorasi. Arsitektur moor meraih masa puncaknya dengan dibangunnya Alhambra, istana sekaligus benteng di Granada, dengan interior yang memiliki ruangan terbuka yang luas dan memungkinkan udara mengalir secara lancar, dan didominasi dengan pemakaian warna merah, biru dan emas.
(wikipedia)

Senin, 11 April 2011

Mengunjungi Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien

ADA dua masjid negara yang terdapat di Brunei Darussalam yaitu Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin dan Masjid Jame’ ‘Asr Hasanil Bolkiah

Penulis berkesempatan mengunjungi salah satu masjid negara tersebut yaitu Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin. Masjid ini merupakan masjid kerajaan Kesultanan Brunei yang terletak di Bandar Seri Begawan, ibu kota Brunei Darussalam. Bangunannya yang megah membuat masjid ini menjadi daya tarik wisata utama di Brunei.

Dalam situs website yang penulis dapatkan masjid ini dinamai dengan Omar Ali Saifuddien III yang merupakan Sultan Brunei ke-28. Masjid ini diresmikan pada tahun 1958 dan merupakan contoh arsitektur Islam modern Masjid yang mendominasi pemandangan kota Bandar Seri Begawan ini melambangkan kemegahan dan kejayaan Islam yang menjadi agama mayoritas dan agama resmi Brunei Darussalam. Bangunan ini.
Arsitektur

Penulis terus terang sangat terkagum-kagum dengan disain arsitektur yang ada pada masjid ini. Masjid ini tidak hanya berdiri dengan megahnya tetapi yang menarik adalah di sisi kiri masjid ini juga dibangun perahu mahligai kencana kerajaan. Arsitektur masjid ini memadukan Arsitektur Mughal dengan gaya Italia. Bangunan ini dirancang oleh biro arsitekur Booty and Edwards Chartered berdasarkan rancangan karya arsitek berkebangsaan Italia Cavaliere Rudolfo Nolli, yang telah lama bekerja di teluk Siam.

Layaknya masjid terapung, masjid ini dibangun di atas laguna atau kolam buatan di tepi sungai Brunei di Kampong Ayer, "kampung yang terletak di atas air". Karena memang, Brunei masih sangat asri dengan hutan dan sungai-sungainya. Masjid ini memiliki menara marmer dengan kubah emas, dilengkapi taman yang permai dan air mancur. Taman indah yang mengelilingi masjid melambangkan taman surgawi dalam kepercayaan Islam.
Sebuah jembatan membentang di tengah laguna menuju Kampong Ayer di tengah sungai. Sebuah jembatan marmer lainnya menuju ke bangunan yang merupakan replika Perahu Mahligai Kerajaan milik Sultan Bolkiah yang memerintah pada abad ke-16. Bangunan ini dibangun untuk memperingati 1.400 tahun Nuzul Al-Quran (turunnya al-Qur’an), dan selesai pada tahun 1967 dan digunakan sebagai panggung Musabaqah Tilawatil Quran di Brunei.

Ciri khas yang paling menonjol dari masjid ini adalah kubahnya yang dilapisi emas murni. Masjid ini menjulang setinggi 52 meter (171 kaki) dan dapat dipandang dari setiap sudut kota Bandar Seri Begawan. Menara masjid merupakan bagian tertinggi dari masjid ini. Masjid ini memadukan secara unik unsur Renaissans arsitektur Italia dengan nuansa yang bernilai Islami. Di dalam menara masjid terdapat lift di mana pengunjung dapat naik ke puncak menara dan menikmati pemandangan panorama kota dari ketinggian.

Sayang pada saat penulis mengunjugi masjid ini sudah malam sehingga tidak dapat melihat Sri Bengawan dari atas menara masjid. Sementara itu bagi kita yang belum sempat berwudhuk, maka dapat berwudhuk di sisi kiri masjid ini juga. Tempat wudhuknya pun dibuat seperti kolam yang cukup artistik.

Sementara bagian dalam ruangan masjid khusus untuk ibadah shalat bagi umat muslim selain digelar karpet yang cukup mewah juga terdapat jendela kaca patri beraneka warna yang mengagumkan, pelengkung, separuh kubah, dan pilar-pilar marmer. Menurut beberapa jamaah yang sempat ditanya, hampir seluruh bahan bangunan masjid ini diimpor dari luar negeri yaitu: marmer dari Italia, batu granit dari Shanghai China, lampu kristal dari Inggris, serta karpet dari Arab Saudi. Subhanallah

Yang menarik dari beberapa masjid yang dikunjungi di Brunei termasuk Masjid Omar Omar Ali Saifuddin ini, ada komputer lengkap yang di dalamnya sudah berisi software keislaman yang dapat dibaca. Ini tentu saja memudahkan para jamaah untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam. Mulai dari masalah keislaman hingga masalah-masalah yang berkaitan erat dengan hal ihwal masalah keagamaan. Sayang penulis tidak berkesempatan mengunjungi masjid negara lainnya yang bisa jadi sama megahnya dengan masjid sultan ini. (am)